MORFOLOGI
A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti
ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang
biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu
tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang
dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan
bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan
dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan
dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata)
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan
kelas kata.
B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang
tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi
maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang
memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya,
dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang
dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang
paling kecil.
Morfem, dapat juga
dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan
aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas
dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang
mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
2. Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah
dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama
untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai);
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem
ber-. Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem
yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama
dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret
(di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu
mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya, morfem
meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga
/p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/
dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}=
mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama
tersebut disebut alomorf.
3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem
secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan
pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1 Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca kemanusiaan
Contoh:
baca ke-an
pembaca kecepatan
bacaan kedutaan
membacakan kedengaran
_
Karena struktur fonologis dan Satuan tersebut walaupun
maknanya sama, maka satuan struktur fonologisnya sama,
tersebut merupakan morfem bukan merupak morfem
yang sama. yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.
3.2 Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan
struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan
setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem – : membawa
meN-
men - : menulis
meny - : menyisir
meng - : menggambar
me- : melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.3 Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur
ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan
secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber- : berkarya, bertani, bercabang
bel- : belajar, belunjur
be- : bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.
3.4 Prinsip Keempat
Apabila dalam deretan
struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
- Rina membeli sepatu
- Rina menulis surat
- Rina membaca novel
- Rina menggulai ikan
- Rina makan pecal
- Rina minum susu
Semua kalimat itu berstruktur SPO.
Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat
a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-,
sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai
kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang
disebut morfem zero.
3.5 Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu
saja merupakan fonem yang berbeda.
Contoh:
- a. Jubiar membeli buku
b. Buku itu sangat mahal
- a. Juniar membaca buku
b. Juniar makan buku tebu
Satuan buku
pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya
sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem
yang sama karena maknanya berbeda.
3.6 Prinsip Keenam
Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan
merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak
dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil,
adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.
4. Klasifikasi Morfem
4.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada
yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri
sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.
Misalnya:
- Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
- Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah},
dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h].
Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu,
morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
- bapak wartawan bapak//wartawan
- ibu guru ibu//guru
4.3 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna
leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang
bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem
gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat
berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem
tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu}
berarti ‘memakai sepatu’.
4.4 Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak
tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem
yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an
atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah
morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/
dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi
morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada
morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
4.5 Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis
Morfem monofonemis
merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia
pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang
terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris
morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-}
berarti ‘satu, sama’.
4.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah
atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang
terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk
dari morfem aditif itu.
- mengaji 2. childhood
berbaju houses
Morfem replasif merupakan morfem yang
bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem
penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} Ã {fi:t}.
Morfem substraktif adalah morfem yang
alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang
terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
C. Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai
proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145).
Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan,
pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1. Pengafiksan
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31).
Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk
kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
- Berbaju
- Menemukan
- Ditemukan
- Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan
letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi
empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks),
pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan
gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem
maupun tidak (Cahyono, 1995:145).
Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).
Contoh:
- Sapu tangan
- Rumah sakit
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Singular | plural |
Foot Mouse | Feet mice |
5. Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Go went
sing sang
6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh: read- read-read
D. Proses Morfofonemik
Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.
Contoh:
Perubahan prefiks meng-
- meng + asah = mengasah
- meng + lihat = melihat
- menga + datangkan = mendatangkan
- meng + terjemah = menerjemahkan
- meng + patuhi = mematuhi
E. Proses morfemis menurut Verhaar
- Afiksasi adalah pengimbuhan afiks
- Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.
Contoh: mengajar
- Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar
Contoh: ajarkan
- Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar
Contoh: gerigi
- Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar
Contoh: perceraian
- Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama
Contoh: mengajar – diajar
3. Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama
Contoh: mengajar – pengajar
- Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.
Contoh: -pun, -lah
sekalipun
apalah
F. Kata
1. Hakikat Kata
Para linguis yang sehari-hari bergelut
dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai
kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu.
Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan
gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia,
misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima
buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama.
Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah
lima kata yang berlainan.
Kata adalah satuan
terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui
sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata ialah morfem atau kombinasi morfem
yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan
kata-kata di bawah ini.
- Mobil
- Rumah
- Sepeda
- Ambil
- Dingin
- Kuliah.
Keenam kata yang kita ambil secara acak
itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita
pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata
yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak
berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan
menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata
dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2. Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat,
yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat
derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan
dibicarakan berikut ini.
1). Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi,
seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat
digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan
kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2). Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya,
dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.
Tabel 1
Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan
yang Mengandung Berbagai Arti
Kata Dasar | Pelaku | Proses | Hal/Tempat | Perbuatan | Hasil |
Asuh
baca bangun buat cetak edar potong sapu tulis ukir |
pengasuh
pembaca pembangun pembuat pencetak pengedar pemotong penyapu penulis pengukir |
pengasuhan
pembacaan pembangunan pembuatan pencetakan pengedaran pemotongan penyapuan penulisan pengukiran |
perbuatan
percetakan peredaran perpotongan persapuan |
mengasuh
membaca membangun membuat mencetak mengedar memotong menyapu menulis mengukir |
asuhan
bacaan bangunan buatan cetakan edaran potongan sapuan tulisan ukiran. |
Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata
dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna.
Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
0 comments:
Post a Comment