MENULIS NASKAH DRAMA
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk
dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu komponen yang diperlukan untuk
mementaskan sebuah drama adalah naskah drama. Naskah drama berisi cerita
yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa
unsur pokok, seperti pelaku (tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan
(latar, kostum, aksesoris), serta keterangan lakuan (akting).
Perhatikan contoh kutipan naskah drama berikut!
DAG DIG DUG
(Putu Wijaya)
BABAK I
Sebuah ruang besar yang
kosong. Meskipun di tengah-tengah ada sebuah meja marmar kecil tinggi diapit
dua kursi antik berkaki tinggi, berlengan membundar, berpantat lebar. Di sini
sepasang suami istri pensiunan yang hidup dari uang indekosan menerima kabar seseorang
telah meninggal di sana. Dalam surat dijelaskan akan datang utusan yang akan
menjelaskan hal tersebut lebih lanjut. Pada hari yang dijanjikan keduanya
menunggu.
Masih pagi.
Suami : Siapa?
Istri : Lupa lagi?
Suami : Tadi malam hapal. Siapa?
Istri : Ingat-ingat dulu!
Suami : Lupa, bagaimana ingat?
Istri : Coba, coba! Nanti
diberi tahu lupa lagi. Jangan biasakan otak manja.
Suami :
Cha….Chai….Chairul….Ka, Ka…ah sedikit lagi (berusaha
mengingat-ingat)
Istri
: (tak sabar) Kairul Umam!
Suami : Ah? Kairul Umam? Ka? Bukan Cha? Kok lain?
Istri : Kairul Umam! Kairul
Umam! Kairul Umam! Ingat baik-baik!
Suami : Semalam laim.
Istri : Kok ngotot!
Suami : Semalam enak diucapkan, Cha, Cha….begitu.
Sekarang kok, Ka, Ka…..siapa?
Istri : KAIRUL UMAM!
Suami : Kok Kairul, Cha!
Istri : Chairul Umam!
Suami : Semalam rasanya. Jangan-jangan keliru. Coba lihat
suratnya lagi.
Istri
: Kok ngotot. Ni lihat. (Menyerahkan surat)
Suami : (memasang kaca mata, – membaca sambil lalu) ….dengan ini kami
kabarkan…ya, jangan terkejut….diluar dugaan, barangkali….kami harap….dengan ini
kami kabarkan….ya, jangan terkejut…..diluar dugaan lho….dengan ini kami
kabarkan….
Istri
: (mengambil kaca dan mendekatkan mukanya) Ini apa!
Suami : O, ya! Chairul, Chairul….ini U atau N.
Istri : U!
Suami : Ini?
Istri : M!
Suami : Ini?
Istri : A. Ini M!
Suami : Seperti tulisan dokter.
Istri : Sekarang siapa yang
betul?
Suami : Jadi betul Chairul Umam, bukan KHA – irul Umam!
Penjelasan:
1.
Paragraf awal menunjukkan keterangan latar (setting), petunjuk panggung, aksesoris, kostum, dan
sebagainya. Kadang-kadang ditulis dengan huruf kapital.
2.
Tulisan (kata atau kalimat) yang dicetak
miring dan terdapat dalam tanda kurung merupakan keterangan lakuan (akting)
untuk diperagakan pelaku.
Ada beberapa unsur yang
harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama:
1. Babak
Babak merupakan bagian naskah yang merangkum semua peristiwa yang terjadi
dalam satu kesatuan waktu – tempat – peristiwa. Setiap babak terbagi atas
adegan-adegan. Babak disusun berdasarkan pertimbangan pementasan, terutama
menyangkut latar/setting karena sebuah bagian dalam cerita drama dapat terjadi
pada waktu dan tempat yang berlainan dengan bagian lainnya. Melalui pengalihan
babak, penonton akan diberitahu bahwa bagian cerita yang disaksikannya berada
dalam waktu dan tempat yang berbeda dengan bagian terdahulu. Babak ditandai
dengan dekorasi tertentu.
2. Adegan
Adegan merupakan bagian dari babak yang ditandai dengan pergantian
formasi/posisi pemain di atas pentas. Batasnya ditentukan oleh datang dan
perginya seorang atau lebih tokoh di atas pentas.
3. Dialog
Dialog yaitu percakapan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya yang menjadi
pusat tumpuan berbagai unsur struktur drama.
4. Petunjuk lakuan
Petunjuk lakuan berisi penjelasan kepada pembaca dan awak pementasan
(sutradara, pemeran, penata seni, dsb.) mengenai keadaan, suasana, peristiwa,
atau perbuatan tokoh, an unsur-unsur cerita lainnya.
5. Prolog
Prolog adalah bagian naskah drama yang ditempatkan pada bagian awal drama.
Prolog berfungsi sebagai pengantar yang mengungkap keterangan tentang cerita
yang akan disajikan.
6. Epilog
Epilog adalah bagian akhir naskah drama yang berisi kesimpulan pengarang
mengenai cerita, nasihat, pesan moral (etika). Epilog bukanlah unsur yang harus
ada dalam naskah drama.
7. Tema
Tema merupakan ’sesuatu’ yang disampaikan. ’Sesuatu’ yang ingin disampaikan
pengarang itu terurai dalam seluruh unsur drama. Tema menjiwai seluruh bagian
drama: babak, adegan, dialog, tokoh, bahasa. ’Sesuatu’ itu pula yang ingin
disampaikan pengarang kepada penikmat/penonton drama.
8. Penokohan
Sifat dan kedudukan tokoh dalam drama bermacam-macam. Setiap tokoh
menghadirkan karakter masing-masing. Watak tokoh bukan saja merupakan pendorong
terjadinya peristiwa. Oleh karena itu, setiap tokoh mengemban tujuan yang
penting dalam pengembangan alur cerita.
9. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat.
Artinya, peristiwa-peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa
kedua meyebabkan peristiwa ketiga, dan seterusnya. Fungsi utama alur adalah
mengungkap gagasan, membimbing, dan mengarahkan perhatian.
10. Bahasa
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam penulisan naskah drama adalah
bahasa. Bahasa selalu menggerakkan tokoh dan mencipta suasana. Melalui bahasa
yang diucapkan tokoh-tokohnya, kita dapat memahami waktu, tempat, keadaan,
masalah. Melalui bahasa pula kita mengenal latar belakang setiap tokoh yang
dideskripsikannya.
11. Solilokui
(monolog/senandika)
Solilokui adalah ungkapan pikiran seorang tokoh yang diungkapkan dalam
bentuk percakapan pada diri sendiri.
12. Aside
Aside adalah bagian dari naskah drama yang diucapkan seorang pemain kepada
penonton dengan anggapan tokoh lain tidak mendengarnya.
Untuk menyusun sebuah naskan drama dapat digali dari pengalaman-pengalaman.
Pengalaman tersebut dikisahkan kembali dengan mengingat pokok-pokok peristiwa
yang terjadi, masalah yang dihadapi para tokoh, serta watak dan peran setiap
tokoh dalam peristiwa tersebut. Urutan peristiwa yang tersusun digunakan
sebagai kerangka penulisan naskah drama yang dijabarkan melalui dialog yang
diucapkan para tokoh.
Dalam menulis naskah drama harus bersumber pada kehidupan dan watak
manusia. Secara garis besar, untuk menulis naskah drama dapat mengikuti
langkah-langkah berikut.
1.
Menyusun cerita
2.
Menjabarkan cerita itu menjadi rentetan
peristiwa/garis lakon/alur, yang tersusun menjadi eksposisi, komplikasi,
klimaks, antiklimaks, dan resolusi.
3.
Rentetan peristiwa itu harus menonjol ke
arah sebuah konflik sampai mencapai klimaks. Menulis drama tanpa mengandung
konflik akan menjadi hambar dan monoton.
4.
Menentukan jenis-jenis karakter serta
penerapannya lewat gerak dan dialog. Konflik sebagai jiwa sebuah drama,
berkembang karena pertentangan karakter protagonis melawan antagonis.
5.
Menyusun naskah dalam bentuk dialog yang
efektif. Dalam penyusunannya dapat didekati dari tiga hal, yaitu:
A.
segi teknis, yaitu setiap dialog di
sampingnya diberi catatan yang jelas (keluar, masuk, musik, dan juga perlu
diberi angka untuk mempermudah koreksi)
B.
segi estetis, yaitu dialognya harus indah,
komunikatif, memikat, dan memperhatikan kontinuitas
C.
segi literer, yaitu dialognya dapat
menggunakan bahasa konotasi
0 comments:
Post a Comment