Monday, June 30, 2014

Ketrampilan Menulis

I. HAKIKAT MENULIS

Konsep Menulis
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.
Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.
Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

Menulis sebagai Proses
Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri. 
Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barrs, M. (1983). The New Ortodoxy about Writing: Confusing Process and Pedagogy. Dalam Language Arts, 60, 7, hal. 839.

Connors, R. dan Glen, C. (1992). The St. Martin’s Guide to Teaching Writing. Edisi II. New York: St Martin’s Press.

Cunningham, P.M., dkk. (1995). Reading and Writing in The Elementary Classroom: Strategies and Observations. Edisi III. New York: Longman.

Goodman, K.S., dkk. (1987). Language Thinking in School: A Whole Language Curriculum. New York: Richard C. Owens.

Graves, D.H. (1978). Balance the Basic: Let Them Write. New York: Ford Foundation.

Keraf, G. (1984). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran. Ende-Flores: Nusa Indah.

McMahan, E., Day, S., dan Funk, R. (1993). Literature and the Writing Process. New York: McMillan.

Moeliono, A.M. (1989). Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.

Proet, J. Dan Gill, K. (1986). The Writing Process in Action: A Handbook for Teachers. Illinois: NCTE.

Smith, F. (1981). Myths of Writing. Dalam Language Arts, 58, 7, hal. 792-798.

Tarigan, H.G. (1986). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Templeton, S. (1981). Teaching the Integrated Language Arts. New Jersey: Houghton Mifflin.

Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. (1995). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Ohio: Prentice Hall.



II. JENIS-JENIS TULISAN
Surat
Kata ‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat adalah kertas yang berisi tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Secara garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat untuk kepentingan sosial.
Surat lamaran sebenarnya merupakan salah satu surat pribadi hanya surat ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk memperoleh suatu pekerjaan. Surat dinas merupakan surat resmi yang digunakan oleh suatu instansi untuk kepentingan administrasi baik pemerintahan maupun swasta. Dari segi bahasa surat dinas memiliki empat ciri yakni (a) bahasa yang jelas artinya, bahasa yang digunakan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh si penerima surat; (b) bahasa yang lugas dan singkat artinya, bahasa yang digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit; (c) ba-hasa yang santun artinya, bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang wajar kepada si penerima surat; (d) ba-hasa yang resmi artinya, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang tercermin dari pilihan kata, ejaan, dan struktur kalimat yang digunakan. Surat niaga merupakan salah satu jenis surat dinas, tepatnya surat dinas yang digunakan dalam instansi swasta yaitu pada perusahaan-perusahaan atau badan usaha.

Pengumuman dan Iklan
Iklan setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di pasang di media massa, seperti di surat kabar dan majalah, atau di tempat-tempat umum. 
Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang berfungsi saling menguatkan, yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo. Sebagaimana dalam wacana, tema memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan isi pesan sekaligus menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber.
 
Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik pembaca atau calon konsumen yaitu, berbentuk pemberitahuan tentang barang dan jasa; menggunakan metode yang dapat memotivasi; dipasang pada media yang sesuai; menggunakan bahasa yang persuasif dan ilustrasi yang menarik.

Naskah
Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) karangan yang masih ditulis tangan; (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset; (4) ran-cangan. 
Naskah dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan, dalam hal ini adalah karya-karya sastra lama. Karya-karya sastra lama sebelum abad 19 pada umumnya ditulis tangan dengan menggunakan wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu, dan kulit binatang yang dipilih dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Setelah kertas datang dan para penulis mengenal kertas sebagai wadah tulisan, baru kemudian para sastrawan menuliskan karya-karyanya di atas kertas.
 
Selain pada sastra lama, digunakan pula istilah naskah pada satu genre sastra yaitu drama. Naskah drama digunakan sebagai bahan latihan sebuah kelompok teater. Sejenis dengan naskah drama terdapat naskah film, sinetron, dan televisi yang fungsinya sama dengan naskah drama.
 
Pengertian lain mengatakan bahwa naskah adalah karangan yang belum diterbitkan. Contoh untuk memahami definisi ini adalah bahan sebuah buku yang masih dalam proses untuk diterbitkan. Artinya, bahan buku tersebut masih ditelaah, diedit atau disunting. Bahan buku yang masih dalam proses ini (pengolahan) disebut juga naskah.
 
Jenis naskah yang lain adalah naskah berita. Naskah berita berisi informasi yang akan disusun menjadi berita yang akan diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan dengan informasi yang ditulis dan bertujuan untuk diberitahukan kepada khalayak, baik secara tertulis yang berupa selebaran, maupun secara lisan yang berupa ceramah atau pidato juga disebut sebagai naskah. Jenis naskah seperti ini disebut sebagai naskah pengumuman dan naskah pidato.

Karangan
Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif); bersifat metodis dan sistematis; dan dalam pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah. Agar suatu karangan mampu memiliki ciri keilmiahannya, karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan material, yang di dalamnya mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan; serta persyaratan formal, yang di dalamnya mencakup tata bentuk karangan, yaitu (1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) main body (isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter (halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.
Sementara itu, yang dimaksud Karangan semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif. Atas dasar dua pengertian tersebut (ilmiah dan semi-ilmiah), maka yang disebut karangan nonilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada aturan yang baku. Beberapa contoh yang dapat disebut untuk memenuhi kriteria karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerita pendek, cerita bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Midar Arsad, dan Sakura Ridwan. (1999). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Basa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Persero).

Behren, T.E. (2002). Hiasan Naskah Jawa. Jakarta: Buku Antarbangsa.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Harsana, F.X. (1983). Perkembangan Bahasa Indonesia. Surakarta: Tiga Serangkai.

http: 11,8.wilipedia.org/wili/Proklamasi-Kemerdekaan-Republik Indonesia.

Keraf, Gorys. (1995). Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Khasanah, Venus. (2003). “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Makalah Populer” dimuat dalam Jurnal MKU. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial.

Kusumah, Encep. (2004). “Menulis Pengumuman dan Iklan” dalam BMP Menulis 2. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Lumintaintang, Yayah B. (2001). “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keprotokoleran (Makalah)”. Jakarta: Pusat Bahasa.

Moeliono, Anton, M. (Ed). (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Prakoso, Teguh. (2006). “Pemaknaan Novel Bekisar Merah dan Belantik dengan Teori Strukturalisme Levi-Strauss dan Hermeneutika Geertz”. UGM: Sekolah Pascasarjana.

_____________. (2006). “Ketika Embun Tidak Lagi Menetes (Cerpen)”. Tidak diterbitkan.
 
“Laboratorium Fak. Psikologi UHT: Lengkap dan Unggul” dalam Seputar Indonesia, 26 Januari 2006, hlm. 20.

www.wisatanet.review.phd?kode12id=33.

www.wisatanet.com/travel-review.phd?kode:1&id=33

Yunus, M. (2002). “Surat Menyurat Dinas” dalam Keterampilan Dasar Menulis Modul. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.




III. PERENCANAAN KARANGAN
Perencanaan Karangan
Perencanaan disusun sebelum suatu kegiatan dilakukan atau merupakan suatu persiapan. Perencanaan karangan tidak ubahnya seperti perencanaan dalam kegiatan-kegiatan yang lain. Tujuan dibuatnya sebuah rencana adalah untuk mencapai hasil dari suatu kegiatan secara maksimal. Dalam kegiatan menulis perencana karangan tergolong ke dalam tahap prapenulisan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan merumuskan tujuan karangan, menentukan topik dan sub-subtopik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. 
Topik karangan adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik karangan harus bermanfaat, layak dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah didapati, tidak terlalu luas, dan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas dapat dibatasi dengan 3 cara yaitu dengan menggunakan diagram jam, diagram pohon, dan piramida terbalik. Syarat menentukan topik adalah menguasai materi yang akan dibahas atau ditulis. Jika topik dikuasai, sub-subtopik akan mudah ditentukan.
Menentukan tujuan karangan penting dilakukan penulis untuk menentukan bentuk karangan (ilmiah, nonilmiah atau sastra, nonsastra) dan tingkat kerincian karangan. Menentukan sasaran karangan sangat diperlukan untuk menentukan diksi dan cara penyajian yang tepat sesuai dengan status sosial, jenjang pendidikan, dan tingkat kemampuan yang dimiliki pembacanya. Hal ini dilakukan agar apa yang kita tulis dapat dipahami oleh pembacanya.
 
Sebelum kita menulis, kita harus mencari, mengumpulkan, dan memilih bahan-bahan atau informasi yang relevan dengan topik yang akan kita bahas. Dengan informasi yang lengkap dan relevan maka akan memudahkan penulis dalam mengembangkan topik karangan. Selain itu, tulisan/karangan kaya akan informasi yang berhubungan dengan topik yang sedang kita bahas, pembahasan topik akan lebih mendalam dan luas, dan pembaca akan memperoleh informasi yang lengkap. Bahan-bahan atau informasi yang dibutuhkan penulis dapat berupa artikel, gambar/foto, hasil laporan penelitian/pengamatan, hasil wawancara, dan sebagainya.

Kerangka Karangan
Kerangka karangan menurut Akhadiah (1994: 25) merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan tentang bagaimana kita menyusun karangan. Tidak berbeda jauh dengan Akhadiah, Finoza (2001: 179) juga mengungkapkan bahwa kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Sebuah karangan atau tulisan minimal menggunakan tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Manfaat yang dapat Anda peroleh bila membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut.
1. Membantu Anda melihat apa saja yang perlu disajikan dalam tulisan atau karangan.
2. Membantu Anda mengembangkan gagasan/ide lebih teratur, logis, dan terfokus.
3. Membantu Anda mencegah pengulangan paparan ide.
4. Membantu Anda memaparkan data lebih lengkap.
 

Jenis kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Pada kerangka topik, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kata atau kelompok kata. Pada kerangka kalimat, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kalimat hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang telah Anda pilih.
2. Penyusunan kerangka karangan harus sistematis dan logis.
 
3. Penyusunan kerangka karangan untuk mempermudah penyusunan karangan.

Untuk memperoleh kerangka karangan yang tersusun secara sistematis dan logis, hendaklah ditempuh beberapa langkah kegiatan berikut ini.
1. Pengumpulan ide
2. Penyaringan ide dan penyempurnaan ide
3. Pengelompokan ide
4. penyusunan urutan ide

Kerangka karangan dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu berupa huruf dan angka. Tanda-tanda yang dipakai harus ada pasangannya (minimal satu pasangan) dan Penggunaan pasangan tanda harus konsisten. Kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Kerangka kalimat merumuskan setiap topik, subtopik, maupun sub-subtopik memperguna-kan kalimat berita yang lengkap. Kerangka topik mengungkapkan pokok pembicaraan dengan menggunakan kata atau kelompok kata (frase).
 
Untuk menilai sebuah kerangka karangan, Anda harus memperhati-kan syarat-syarat kerangka karangan yang baik, yaitu:
1. pengungkapan maksud harus jelas;
2. tiap subpokok bahasan dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan;
3. pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis;
4. harus mempergunakan pasangan tanda yang konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Finoza, Lamuddin. (2001). Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Oka, I. Gusti Ngurah. (1990). Retorika Kiat Bertutur. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh Malang.

Yunus, M. (2003). Menulis dan Penalaran dalam Keterampilan Dasar Menulis (Modul). Jakarta: Universitas Terbuka.




IV. DIKSI, EJAAN, DAN TANDA BACA 

Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Diksi sangat penting dalam berkomuni-kasi secara lisan ataupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, diksi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung..
Dalam bahasa tulis, seperti dunia karang-mengarang, diksi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini Glenn R. Capp dan Richard Capp Jr dalam Rahmat (1999: 47) memberikan kriteria kata yang baik adalah kata yang memiliki kejelasan, ketepatan, dan kemenarikan.
Hal yang membuat diksi perlu diterapkan dengan baik adalah karena diksi mempengaruhi alunan bahasa. Ini juga biasanya terkandung dalam pemakaian Gaya Bahasa dan Idiom.
Pemakaian gaya bahasa adalah cara memilih kata yang bertujuan mengungkapkan makna agar memperoleh efek kuat, mendalam, dan hidup, karena melalui gaya bahasalah maksud penutur tersampaikan. Ada beberapa cara penutur menyampaikan gaya bahasa yang biasa disebut majas yaitu:
 
1. majas persamaan atau simile;
2. majas perumpamaan;
3. majas metafor;
4. majas metonomia;
5. majas personifikasi;
6. majas litotes;
7. majas hiperbol.

Sedangkan idiom biasanya akan berhubungan dengan makna-makna bahasa yang kita pilih yang di dalamnya menyangkut makna konotatif dan denotatif. Makna sinonim, homonim dan polisemi.

Ejaan dan Tanda Baca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 285), kata eja adalah kata yang hampir tidak pernah berdiri sendiri. Pemakaian kata eja sering didahului dengan imbuhan me- menjadi mengeja yang artinya melafalkan, (menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu atau digabung dengan akhiran –an menjadi ejaan yang artinya kaidah-kaidah, cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Menurut Arifin dan Tasai (2000: 25), ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar-hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan pengga-bungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
Jadi, ejaan adalah aturan yang dipergunakan dalam tulisan (tatatulis) yang meliputi: 1) penulisan huruf, 2) penulisan kata, 3) penulisan unsur serapan dan 4) penulisan tanda baca.
Ejaan yang pernah digunakan dalam Bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang yang paling menonjol ada 3 macam. Pertama, Ejaan Van Ophuisjen yang diresmikan tahun 1901. Ejaan Van Ophuisjen berciri menggunakan dua lambang untuk satu bunyi yaitu huruf (oe) untuk (u) dan lambang koma (’) untuk (k) ain, hamzah dan tanda (trema) untuk beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab. Kedua, Ejaan Soewandi yang diresmikan 19 Maret 1947 yang menetapkan perubahan (oe) menjadi u, dan diberlakukannya angka dua (2) untuk kata menyatakan kata berulang (kata ulang). Ketiga, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diberlakukan mulai 16 Agustus 1972 dengan pijakan dasarnya mengatur penulisan ejaan dalam 4 hal, yaitu:
1) penulisan huruf,
 
2) penulisan kata,
 
3) penulisan unsur serapan dan
4) penulisan tanda baca.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal, Drs. dan Tasai S. Amran. (2003). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Badudu, J. S. (1989). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.

Chaer, Abdul. (1993). Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa, Depdiknas (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

_____________________ (1997) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

_____________________ (1993) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.

_____________________ (2003). Pengindonesiaan Kata-kata Asing. Jakarta: Pusat Bahasa

Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. (2004). Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.




V. KALIMAT EFEKTIF
Pengertian dan Syarat-syarat Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang penggunaannya dapat berhasil guna atau dapat mencapai sasaran yang dituju. dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang mampu memberikan makna pada pembacanya, persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Kalimat dapat menjadi efektif jika memperhatikan beberapa persyaratan yaitu kebenaran struktur, kelogisan, kehematan, dan ketidaktaksaan. Di samping itu kalimat akan menjadi sangat baik jika memenuhi ketentuan (1) kesejajaran bentuk, (2) penekanan, dan (3) kevariasian.
Penyusunan Kalimat Efektif
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif di antaranya adalah, kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat, kemudian gagasan pokok dalam sebuah kalimat, penggabungan yang menyatakan sebab dan waktu, penggabungan kata ”dengan”, ”yang”, ”dan”, penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan. Selain itu untuk mencapai efektivitas dan memberikan nuansa yang menarik pembaca, pada sebuah kalimat terdapat variasi-variasi. Variasi tersebut di antaranya adalah, subjek pada awal kalimat, kata modal pada awal kalimat, frase pada awal kalimat, jumlah kalimat dan jenis kalimat.DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Razak, Abdul. (1985). Kalimat Efektif : Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta:
Gramedia.

Soedjito. (1990). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.




VI. MENULIS SURAT DAN IKLAN
Surat Resmi
Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyam-paikan suatu pesan dari satu pihak (perorangan, kelompok, atau organisasi) kepada pihak lain. Jenis surat itu sangatlah banyak. Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas unsur pengirim surat, penerima, pesan (isi surat), dan saluran. Ketersampaian pesan surat akan dipengaruhi oleh keefektifan bahasa, kelogisan dan keruntutan organisasi surat, kejelasan isi, dan kesesuaian format surat yang digunakan.
Surat memiliki sejumlah fungsi. Di antara fungsi surat ialah sebagai wakil pribadi, kelompok, atau organisasi; dasar atau pedoman kerja; bukti tertulis yang otentik; arsip atau alat pengingat; dan dokumen historis. Mengingat berbagai fungsi yang dimiliki surat, maka surat dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi jenis surat didasar-kan atas kepentingan dan asal pengirimnya, isi sifat, banyaknya sasaran, tingkat kepentingan penyelesaiannya, wujud, dan ruang lingkup sasarannya.
Berbeda dengan bentuk karangan lainnya, surat memiliki karak-teristik yang sangat khusus. Salah satu kekhasan surat terletak pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian ini memiliki kegunaan tertentu. Penataan bagian dan unsur surat tergantung pada format atau bentuk surat yang digunakan. Namun demikian, sebuah organisasi baik pemerintahan, perusahaan, maupun sosial politik, biasanya memiliki format baku yang digunakan dalam organisasi tersebut.

Iklan
Iklan adalah salah bentuk penyebaran informasi mengenai suatu produk berupa barang, jasa, atau gagasan, kepada khalayak calon pembeli atau pengguna produk tersebut. Keberadaan iklan bertujuan untuk mengenalkan, memberikan informasi, dan mempengaruhi keputusan khalayak untuk membeli dan menggunakan produk yang diiklankan. Agar penyampaian iklan dapat mencapai sasarannya, maka pengemasan dan penyajian iklan harus mempertimbangkan sejumlah faktor di antaranya sasaran, media, tempat, dan daya pemikat yang diusung oleh sebuah iklan.
Pemasangan iklan itu sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (langsung atau tidak langsung) dan dengan berbagai media (elektronik atau cetak). Pilihan bentuk dan media beriklan akan mempengaruhi cara saji iklan itu sendiri serta biaya yang dikeluarkan. Semakin canggih media yang digunakan, biasanya semakin mahal pula biaya yang dibutuhkan dan semakin tinggi pula kreativitas yang dituntut untuk membuat sebuah iklan.
Iklan dapat dipasang melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, ragaan, dan udara. Media cetak dapat berupa koran (surat kabar), tabloid, buletin, dan majalah. Media elektronik dapat melalui radio dan televisi, atau film (layar lebar). Media ragaan dapat menggunakan kaos (pakaian), bus, atau papan di tempat umum. Media udara dapat menggunakan pesawat terbang dan balon udara.
Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan pembuat iklan. Kriteria ini dapat dikatakan sebagai persyaratan membuat iklan yakni berkenaan dengan etika. Etika beriklan agar iklan tidak hanya dikatakan baik dari segi bisnis tetapi juga baik dari sisi penggunaan bahasa dan bersosialisasi. Etika tersebut adalah mematuhi kaidah-kaidah bahasa, bersaing secara positif, dan tidak mendustai konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (1990). Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Edisi Revisi II. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Belch, G.E. dan Belch, M.A. (1998). Advertising and Promoting: An Integrated Marketing Communication. Edisi IV. Boston, Ma: Irwin McGraw-Hill.

Biro Tata Usaha. (1995). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 091/U/1995 tentang Pedoman Tata Persuratan di Lingkungan Depdikbud. Jakarta: Depdikbud.

Bratawidjaya, Th. W. (1991). Surat Bisnis Modern. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
 

Finoza, L. (1991). Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia. Jakarta: Usaha Mulia.

http://daxell.net/panong/service-balon-udara-promosi.htm

Jefkins, F. (1996). Periklanan. Edisi III. Jakarta: Erlangga.

Lowe, B.W. (1996). Seni Menggunakan dan Meningkatkan Periklanan yang Efektif (Clever Advertising). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Mcrimmon, J.M., Trimmer, J.F., dan Sommers, N.I. (1984). Writing with a Purpose. Boston, Ma: Houghton Mifflin.

Ogilvy, D. .... Pengakuan Orang Iklan. Jakarta: Pustaka Tangga.

Marjo, Y.S. (2000). Surat-surat Lengkap untuk Berbagai Keperluan. Jakarta: Setia Kawan.

Sudiana, D. (1986). Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya.
 




VII. PARAGRAF DAN NASKAH PIDATO
Paragraf
Paragraf adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat. Ada dua hal kegunaan dari paragraf. Pertama, kegunaan paragraf yang terpenting adalah untuk memberi tanda adanya topik baru atau pengembangan topik lanjutan dari topik sebelumnya pada sebuah karangan. Dan kedua, adalah untuk menambahkan hal-hal yang penting atau untuk merinci atau menjelaskan apa yang sudah dibicarakan dalam paragraf sebelumnya.
Syarat-syarat Paragraf
a Syarat kesatuan
b Syarat pengembangan
c Syarat koherensi
d Syarat kohesi

Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Paragraf pembuka
b. Paragraf penghubung
c. Paragraf penutup

Jenis-jenis Paragraf
a. Deskripsi adalah jenis paragraf yang melukiskan atau menggambar sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.
b. Narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
 
c. Eksposisi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk menerangkan, menguraikan, atau menyampaikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
 
d. Argumentasi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan penulisnya.
 
e. Persuasi adalah jenis paragraf yang ditujukan untuk memengaruhi pendapat dan sikap pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.

Naskah Pidato
Pidato tidak hanya dapat diucapkan langsung oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga dilakukan dengan membacakan naskah. Pembacaan tersebut bisa dilakukan oleh si pelaku tetapi dapat juga diwakilkan. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan naskah pidato. 
Oleh karena itu, agar pidato tertulis tersebut dapat mencapai tujuannya hendaknya tulisan tersebut mampu membuat pendengarnya:
1. menarik dan membangkitkan minat
2. mendapatkan pengetahuan dan pengertian
 
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membuat naskah pidato
1. gunakan tipe huruf lebih besar dari ukuran 12
2. gunakan huruf besar dan huruf kecil, karena Anda melihat kata-kata dengan naik dan turun (huruf h dan l bagian atas berada di atas baris, huruf p dan y bagian bawah berada di bawah baris).
3. gunakan spasi ganda sebagai pengingat untuk penghentian lebih lama
4. Jangan pisahkan kata-kata dengan tanda hubung di akhir baris.
5. gunakan hanya dua pertiga halaman bagian atas untuk menghindari penampilan yang kedodoran
6. beri nomor halaman pada bagian sudut kanan atas sehingga Anda dapat melihatnya secara cepat bila diperlukan
7. akhiri tiap halaman dengan kalimat lengkap, dan paragraf lengkap jika memungkinkan.

Berdasarkan sifatnya, pidato dibagi menjadi dua macam:
1. Pidato resmi
2. Pidato tidak resmi

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsyad, G. M., dan Ridwan, S. H. (1999). Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Keraf, G. (1981). Eksposisi dan Narasi. Ende-Flores: Nusa Indah.

……… (1982). Argumentasi dan Narasi.. Jakarta: Gramedia.

Kayam, Umar. (1975). Istriku, Madame Schkitz dan sang Raksasa dalam Sri Sumarah. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tohari, Achmad. (2004). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

----------------. (2005). Bekisar Merah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama




VIII. WACANA DESKRIPSI, NARASI, DAN EKSPOSISI
Pengembangan Wacana Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang berusaha untuk memindah-kan kesan, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Penulis berusaha untuk menyampaikan sifat dan semua rincian wujud yang ditemukan pada objek yang ditulis itu. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal atau imajinasi kepada para pembacanya, sehingga seolah-olah pembaca melihat atau merasakan sendiri objek yang dibicarakan secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulisnya.
Berdasarkan tujuannya, deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu, (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis (deskripsi ekspositoris), sedangkan berdasarkan cara pendekatannya agar objek yang digambar-kan dapat tepat maksudnya dibagi menjadi (1) pendekatan realistis, (2) pendekatan impresionistis, dan (3) pendekatan menurut sikap pengarang.
Berdasarkan kategori yang biasa diungkapkan, ada dua objek yang dapat kita deskripsikan, hal itu adalah deskripsi orang dan deskripsi tempat.
Untuk mempermudah melakukan pendeskripsian, berikut adalah rambu-rambu yang dapat Anda ikuti.
1. Menentukan hal apa yang hendak dideskripsikan.
2. Merumuskan tujuan pendeskripsian.
3. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.
4. Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan.

Pengembangan Wacana Narasi
Narasi adalah wacana atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu.
Tujuan pengembangan wacana narasi adalah
 
1. ingin memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan
 
2. ingin memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Kedua tujuan tersebut akan menghasilkan bentuk wacana narasi yang berbeda, yaitu narasi ekspositoris dan narasi ugesti
 
Perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi ugesti adalah sebagai berikut.
Narasi Sugestif
1. menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. menimbulkan daya khayal.
3. penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4. bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif.
Narasi Ekspositoris
1. memperluas pengetahuan.
2. menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
3. didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
4. bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian kata-kata denotatif.

Komponen-komponen pembentuk prinsip dasar narasi sugesti adalah alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
Langkah-langkah praktis yang digunakan dalam mengembangkan wacana narasi.
1. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2. Tetapkan sasaran pembaca kita.
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita.
5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
6. Susunlah tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Pengembangan Karangan Eksposisi
 
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha untuk memaparkan, menerangkan, atau menginformasikan sesuatu hal yang berfungsi untuk memperluas pengetahuan, pandangan, atau wawasan pembacanya.
Wacana eksposisi dikembangkan dengan struktur: pendahuluan, tubuh wacana, dan penutup atau kesimpulan. Tiap-tiap bagian tersebut ditulis secara utuh sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tertangkap oleh pembaca dengan mudah.
 
Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat eksposisi adalah:
 
a. menentukan topik wacana,
 
b. menentukan tujuan penulisan, dan
 
c. merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun secara baik

Teknik Pengembangan Eksposisi
1. Teknik Identifikasi
Sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas.
2. Teknik Perbandingan
Teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan antara satu hal dengan hal yang lain. Dalam menyampaikan uraian dengan teknik perbandingan, hal yang harus kita perhatikan adalah tujuan penggunaannya. Teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan perbandingan adalah
a. Perbandingan Langsung
 
b. Analogi
 
c. Perbandingan Kemungkinan
 
3. Teknik ilustrasi
Teknik ini berusaha memberikan gambaran, contoh-contoh, atau penjelasan yang khusus atau nyata.
4. Teknik Klasifikasi
Teknik klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau mengelompokkan bermacam-macam subjek dalam suatu sistem kelas.
5. Teknik Definisi
Definisi adalah penjelasan terhadap arti kata atau pengertian suatu kata, frasa atau kalimat.
6. Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Teknik analisis dapat dibagi atas sebagai berikut.
a. Analisis Sebab-Akibat
b. Analisis Bagian
c. Analisis Fungsional
d. Analisis Proses
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi, Hudri. (1992). ”Petaka Kampar” dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kayam, Umar. (1995). Sri Sumarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

----------- (1999). Menjelang Lebaran dalam Derabat, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Keraf, Gorys. (1982). Eksposisi dan Deskripsi, Komposisi Lanjutan II. Ende: Nusa indah.

Sunarsasi. (1997). Angsa Putih. Jilid 2. Jakarta: Samindra Utama.

Suparno. (2004). Deskripsi dan Narasi dalam Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.




IX. ARGUMENTASI DAN PERSUASI
Pengembangan Karangan Argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Isi karangan memuat tiga elemen utama yaitu pernyataan (claim), alasan (support/graound ) dan pembenaran (warrant ). Di samping itu ada juga elemen tambahan yaitu: pendukung (backing), modal (modal qualifiers) dan sanggahan (rebutta). Tujuannya ada bermacam-macam: 1) semata-mata untuk menyampaikan pandangan, 2) mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian, 3) meng-usahakan suatu pemecahan masalah, 4) mengupayakan keyakinan pembaca agar menyetujui dan terpengaruh dengan alasan-alasan penulis.
Adapun yang termasuk ke dalam karangan argumentasi ini antara lain: makalah, paper, (seminar, simposium, dan lokakarya), esai, skripsi, tesis, disertasi, dan naskah tuntutan di pengadilan seperti: naskah pembelaan, pertanggungjawaban, dan surat keputusan. Semua macam karangan itu dikembangkan dengan menggunakan dua teknik pengembangan argumentasi yaitu teknik deduktif dan teknik induktif.

Pengembangan Karangan Persuasi
Persuasi adalah karangan yang isinya berusaha meyakinkan pembaca dengan menggunakan bahasa yang bernada membujuk. Istilah persuasi berasal dari bahasa Inggris persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Secara prinsip pengertian persuasi dengan argumentasi hampir serupa. Keduanya sama-sama menggunakan argumen-argumen yang kuat dalam meyakinkan lawan bicara. Perbedaannya terletak pada penggunaan bahasa. Jika pada karangan argumentasi bahasa yang dipergunakan cukup menjelaskan pembuktian pembaca yang bertujuan pembaca meyakini. Pada karangan argumentasi, logika yang digunakan merupakan unsur utama. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan penalaran. Pada karangan persuasi bahasa yang dipergunakan bermuatan penuh rayuan, daya ajuk, daya bujuk atau himbauan untuk membangkitkan pembaca tergiur dan bereaksi untuk ikut serta mengikuti keinginan penulis. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan emosional. Hal inilah yang menimbulkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan penulis. 
Metode pengembangan karangan persuasi pada lazimnya adalah: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, penggantian dan proyeksi.
 
Alat pengembangan persuasi adalah 1) Bahasa, yang berfungsi seluas dan tajam sehingga sering berakibat terjadinya penipuan, kedengkian, percekcokan dan macam lainnya. 2) Nada yang digunakan seperti: marah, senang, sedih, dan bersemangat yang dapat dipergunakan seseorang sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang banyak. 3) Detail esensial dalam yang mendukung tujuan sehingga memperjelas penalaran yang kita harapkan pendetailan dilakukan dengan cara menyeleksi seberapa penting detail itu dalam membantu pembaca memahami tulisan kita. 4) Organisasi yaitu pengaturan detail di dalam karangan kita itu agar keyakinan dan pandangan pembaca dapat berubah yang bisa ditempuh melalui cara induktif, cara deduktif dan cara penonjolan 5) Kewenangan menyangkut penerimaan dan kesadaran pembaca terhadap pengarang sebagai orang yang berwenang karena diyakini: a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan tertentu, b) ber-kecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.

Penilaian Karangan Argumentasi dan Persuasi
Topik yang diangkat menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu, bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh, sangat ditentukan oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Membangun keyakinan kuat bagi pembaca memerlukan prinsip-prinsip yang standar atau baku yaitu dengan menjawab pertanyaan berikut: 
Apakah pernyataan dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca?
Apakah alasan menghadirkan bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan..
Apakah penarikan kesimpulan yang diambilnya sudah melalui proses nalar yang benar? Yang dimaksud adalah ungkapan bahasa (penanda linguistik yang digunakan). Seperti: (1) penanda kepastian seperti di antaranya penggunaan kata/frase perlu, pasti, dan tentu saja. Sedangkan (2) penanda kemungkinan. antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. Untuk karangan persuasi aspek yang dinilai adalah semua aspek yang ada pada argumentasi ditambah 5 hal berikut yaitu: Bahasa, Nada, Detail, Organisasi dan kewenangan
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah Sabarti (2001). Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

George E. Wihon, Julia M. Burks. (1980). Let’s Write English Litton Educational Publishing International. New York. USA

Keraf Gorys. (2000). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kusumah Encep, dkk. (2002). Menulis 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran. (2001-2005). Abstrak. Bandung: Unpad.

Sirait Bistok, Editor. (1985). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparmo dan Moh. Yunus. (2004). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suparno dan Martutik. (1997). Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan Heiny Guntur. (1982). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Hernowo. (2001). Mengikat Makna. Bandung: Kaifa.

Parera Jos Daniel. (1984). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga

Widyamartaya. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.

Universitas Padjadjaran. (2006). Abstrak 2001-2005. Bandung: Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Unpad.

Posted By Pak3Haryanto4:05 PM

Model dan Metode Pembelajaran Bahasa

Oleh: Heru Subrata

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia. bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra. dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau Iangsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak Iangsung. Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan balk di dalam hubungan antarindividu maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama. ( Depdiknas: 2003: 4).
Agar siswa mampu berkomunikasi. pembelajaran bahasa Indonesia haruslah diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Siswa perlu dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran bahasa. ditentukan oleh beberapa faktor. di antaranya: guru. siswa. media. model dan metode. teknik, suasana belajar. dan teknologi pembelajaran. Masing-masing unsur saling terkait dan secara bersama-sama akan berkolaborasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Namun. salah satu unsur yang sangat perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan guru dalam mengadopsi model, metode. teknik. dan strategi inovatif, agar pembelajaran lebih terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran berbahasa.
Guru harus berani mengolaborasikan berbagai metode. teknik, dan media pembelajaran inovatif—meng"create"—dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menarik dan matnpu membelajarkan siswa. Selain itu, guru juga harus meninggalkan model pembelajaran yang berorientasi pada language usage. Sebab yang diperlukan siswa sebenarnva adalah language use. Penggunaan bahasa yang kontekstual, bahasa yang ada di lingkungan siswa akan jauh lebih berarti. Sedangkan keputusan tentang pemilihan model, metode. teknik, dan bahan ajar. yang akan dipakai sepenuhnya menjadi hak guru asalkan sesuai dengan karakteristik siswa, bahan ajar, media. dan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan SK dan KD.

2.  Rumusan Masalah

  • Bagaimanakah perbedaan: pendekatan. metode. teknik dan strategi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
  • Model-model apa sajakah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa  Indonesia
  • Bagaimanakah langkah-langkah praktis dalam model dan metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

3. Tujuan

  • Menjelaskan perbedaan: pendekatan, metode, teknik, strategi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
  • Menjelaskan model-model yang dapat diterapkan dalarn pembelajaran Bahasa Indonesia
  • Menjelaskan langkah-langkah praktis penerapan model dan metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

B. Kajian Teori


1. Hakekat Pembelajaran Bahasa

Belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Pemikiran ini muncul dari fakta dalam pemakaian bahasa. Bahasa dimiliki setiap individu untuk melakukan kegiatan berkomunikasi antarsesama. Pemikiran seperti ini sudah muncul sebenarnya dalam linguistik Struktural Mongin-Ferdinand de Saussure. Saussure mengatakan bahwalanguage is a social institutions bahasa merupakan fakta sosial (Saussure, 1971: 15). Pemikiran Saussure ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran ahli sosiologi Emile Durkheim (Samsuri. 1988:11). Dengan demikian, perhatian terhadap aspek kernanusiaan mendapat tempat dalam pengajaran bahasa.
Para linguis terapan pun memikirkan pola pengembangan pengajaran bahasa yang berwawas kemanusiaan sehingga lahirlah ancangan yang dinamakan ancangan humanistik (Stevik, 1 991). Ancangan ini melahirkan Community Language Learning (CLL) yang dikembangkan oleh Charles A. Curran, Total Physical Response (TPR) yang dikembangkan oleh James Asher. The Natural Approach (NA) yang dikembangkan oleh Tracy Terrell, The Silent Way yang dikembangkan oleh Caleb Gattegno. dan Suggestopedia vang dikembangkan oleh Georgi Lozanov. Pengembangan ancangan berwawas humanistik tersebut lebih ditujukan pada pengajaran bahasa kedua dan atau pengajaran bahasa asing.
Dalam pelaksanaannya untuk situasi pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua pun tidak mudah karena berbagai kendala teknis yang masih sering menjadi alasan utama, misalnya, jumlah anak didik di dalam kelas. media pengajaran, dan sumber dava manusia (guru) yang masih belum profesional. Selain itu berbagai ancangan di atasmeskipun sudah diuji keterandalannya dengan berbagai uji-coba dan penelitian-sulit diterapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia karena ancangan tersebut lebih banyak diterapkan pada siswa yang berlatar belakang bahasa pertama yang berbeda-beda (tidak serumpun) dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Kasus di atas sulit diterapkan dalam pengajaran bahasa Indonesia, karena posisi bahasa Indonesia dengan bahasa pertama yang dikuasi anak masih berada dalam satu rumpun. Dengan situasi kedwibahasaan yang seperti ini. semua ancangan humanistik di atas masih menjadi kendala untuk diterapkan. Yang lebih memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia adalah ancangan komunikatif. Ancangan ini masih memanfaatkan pikiran Chomsky. terutarna konsep kompetensi dan performansinya. Bagi Chomsky, kompetensi merupakan the speaker-hearers knowledge of his language dan performansi merupakan the actual use of language in concrete situation (Chomsky. 1969:4).
Menurut Chomsky. proses belajar bahasa adalah proses pembentukan kaidah (role formation process), bukan proses pembentukan kebiasaan (habit formation process) (Sumardi,1992: 99). Dengan demikian, Chomsky ingin memberitahu dunia pengajaran bahasa bahwa kompetensi perlu dikembangkan pada diri pembelajar sehingga mereka mampu rnenggunakan bahasa secara gramatikal. Ancangan komunikatif sebenarnya lebih dekat dengan kajian tatabahasa fungsional yang telah dilakukan oleh para linguis, misalnya, para linguis aliran Praha, yakni Vilem Mathesius. Trubetzkoy, Andre Martinet, dan Roman Jakobson (Sampson. 1980:103-129).
Ancangan komunikatif dimunculkan sekaitan den-an slogan-belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Dengan slogan itu para pengajar diharapkan dapat menyadari hakikat belajar bahasa bagi para siswanya, yakni mereka harus diarahkan dalam belajar bahasa untuk berkomunikasi. Dengan demikian, keberadaan fungsi bahasa rnulai mendapat perhatian.
Finocchiaro and Brumfit mencoba memberikan kontras antara metode Audiolingual dengan ancangan Komunikatif, yang berkaitan dengan konsep kebahasaan diaajarkan Finocchiaro and Brumfit the target linguistic system it-ill he learned best through the process of struggling to communicate. Adapun yang menjadi penekanan dari ancangan komunikatif ini adalah communicative competence, linguistic variation. dan fluency and acceptable language (Richards and Rodgers, 1993:67-68).

Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak ada istilah 'metode yang baik atau metode yang jelek'. Yang ada adalah metode yang cocok (tepat). Untuk itu perlu disiapkan seperangkat metode yang menarik. atraktif. normatif taktis. andal. dan praktis. Jika kita melihat standar nasional pendidikan, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif. kooperatif. inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kernandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19).


2. Metodologi Pembelajaran Bahasa


Metodologi secara ringkas dapat diartikan sebagai "ilmu mengenai rnetode". Pengkajian metodologi pengajaran bahasa bersurnber dari: 1)  pemerian bahasa yang dihasilkan oleh linguistik urnum, 2) teori pembelajaran yang dikaji oleh psikologi, 3) teori pembelajaran bahasa yang disurnbangkan oleh psikolinguistik: dan 4) teori pemakaian bahasa dalam masyarakat yang diambil dari sosiolinguistik. Anthony     (1963).
Anthony (1963) yang melahirkan istilah approach (pendekatan). method (rnetode) dan technique (teknik): Approach adalah "seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat bahasa, belajar, dan mengajar." Method ialah "suatu rencana menyeluruh mengenai panyajian bahasa yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.  Technique ialah "kegiatan-kegiatan khusus yang diwujudkan di dalam kelas yang konsisten dengan metode, dan olehnya itu juga sejalan dengan pendekatan. Sedangkan Richards. dkk. (1985:177). Memberikan batasan mengenai metodologi pengajaran bahasa sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan dalam pengajaran, dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang melandasinya.
Metodologi meliputi: Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening, speaking, reading dan writing) dan prosedur pengajarannya, Kajian tentang penyiapan rencana pembelajaran, materi ajar, buku teks untuk pengajaran
keterampilan berbahasa, Evaluasi dan perbandingan metode pengajaran bahasa (misalnya Audiolingual method).
Senada dengan pendapat tersebut adalah Richards. dkk. (1985:177). Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards. dkk. (1985:176) adalah cara mengaiarkan suatu bahasa vane didasarkan kepada prinsip dan prosedur vane sistematis tujuan pengajaran, (d) jenis silabus yang digunakan; (e) peran guru, pelajar, dan materi pembelajaran. dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan. Richards & Rodgers (1982, 1986), mengajukan hasil kajian mereka yang merumuskan kembali konsep metode. Istilah Anthony,  approach, method dan technique dilabel menjadi approach, design dan procedure secara berturut-turut dengan payung istilah method yang menjelaskan proses tiga-langkah ini. Sedangkan Menurut Richards & Rodgers (1982:154). Metode adalah "istilah yang memayungi spesifikasi dan hubungan antara teori dan praktik." Approach adalah asumsi, keyakinan, dan teori mengenai hakikat bahasa dan belajar bahasa. Dan, Procedures merupakan teknik dan praktik yang diturunkan dari approach dan design.


C. Pembahasan


Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Membaca
    a. Model Directed Reading Thinking Activity (DRTA) (Kegiatan Membaca Berpikir Terarah)               Langkah-Iangkah
        1) Tahap Prabaca
             a) Survei teks. mencari petunjuk tentang isi (judul, ilustrasi. sub judul, ilustrasi)
             b) Membuat prediksi
             c) Menulis prediksi pada lembar prediksi

  •  Lembar prediksi berisi klasifikasi, sepert kolorn terbukti.tidak terbukti, benar-salah, informasi tidak cukup, atau lainnya.
  • Menentukan tujuan membaca (apakah terbukti atau tidak prediksinya)
  • Lanjutan
2) Tahap membaca
a) Membaca teks (diarn/nyaring)
b) Memberi tanda (X) pada lembar klarifikasi pada lembar prediksi dan menentukan berapa banyak kesesuaian hasil prediksi dengan isi bacaan
3) Pasca Mernbaca
a) Membanding isi prediksi dengan isi teks yang sebenarnya
b) Menganalisis daftar prediksi dan menilai berapa banyak kesesuaian basil prediksi dengan isi bacaan.

b. Model K-W-L
Strategi K-W-L adalah salah satu strategi pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. (D. Ogle. 1986, Via Tierney 1990: 283).  Strategi K-W-L terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah K- What I Know (apa yang saya ketahui). langkah W- What I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan langkah L- What I Learned (apa yang telah saga pelajari). K-W-L dikembangakan dan diujiterapkan untuk mengetahui kerangka kerja guru guna mengetahui kemampuan siswa.

c. Model PORPE
1) PORPE (Predict. Organize, Rehearse, Practice. Evaluate) merupakan strategi belajar yang dikembangkan oleh Simpson (1986) yang dirancang untuk membantu siswa dalam (1) merencanakan secara aktif. memonitor, dan mengevaluasi pembelajaran mereka mengenai isi bacaan; (2) mempelajari proses-proses yang berbelit-belit dalarn persiapan ujian esai. dan (3) menggunakan proses menulis
untuk mempelajari isi bacaan.
2) Tahapan Strategi Porpe
            a)      Predict (membuat prediksi berupa pertanyaan-pertanyaan esai),
           b)      Organize (mengorganisasikan konsep dalarn bentuk mind mapping),
            c)      Rehearse (melatih kembali dengan cara mepresentasikan di depan),
           d)      Practice (praktik; menuliskan kembali dengan bahasanya sendiri
           e)      Evaluate (evaluasi yaitu menjawab pertanyaan esai yang dibuat oleh guru).

d.      Model ECOLA (Extending Consept trought Language Activities)
          Langkah-langkah:
1) Menentukan tuluan komunikasi (siswa berdiskusi untuk menentukan tuiuan membaca. Kecakapan hidup yang diharapkan
a) Gemar membaca
b) Cepat menemukan ide. konsep, dan informasi aktual
c) Kritis bernalar-terampil bertanya dan mempertanyakan
d) Terampil menganalisis
e) Terampil merangkum
t)  Mampu mengevaluasi
g) Menumbuhkan kepribadian dan rasa percaya diri yang tangguh.
h) Tradisi membaca
• Pertama, Membaca yang baik
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk memahami ide, gagasan. serta perasaan dalam teks. Pembaca yang balk akan memperhatikan kecepatan dan pemahaman saat membaca.
• Kedua, Memilih materi bacaan
Mengenali karakteristik bacaan, bahasanya mudah dimengerti, ada pesan yang disampaikan, mendidik, menghibur. dan mudah diperoleh
• Ketiga, Menyediakan waktu
Agar kemampuan membaca menjadi baik salah satu cara yang perlu dilakukan adalah mencediakan waktu rutin untuk selalu membaca
• Keempat, Membaca kritis
Setelah melakukan pemahaman terhadap isi/informasi, pembaca akan mengalami proses analisis dan evaluasi terhadap teks yang dibaca.

2. Model Pembelajaran Mendengarkan
a. Retelling stony
1) Guru menyiapkan bahan bacaan.
2) Salah satu siswa membaca dengan membaca nyaring.
3) Siswa menyimak dengan seksama.
4) Siswa ditugasi untuk menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sendiri.
b. Bisik Berantai
1) Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa.
2) Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua.
3) Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya.
4) Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas.
5) Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sarnpai pada siswa terakhir atau tidak.
c. Model Menvimak Secara Langsung/DLA (Direct Listening Activities)
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan unsur siswa. Selanjutnya guru mengernukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak.
d. Identifikasi Kata Kunci
1)    Setiap kalimat. paragraf, ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata yang dapat             mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili isi keseluruhan ini disebut kata kunci "key word'.
2)    Menyirnak isi kalimat yang panjang atau paragraf dan wacana pendek-pendek tidak perlu menangkap sernua kata-katanya. Cukup diingat beberapa kata kunci  yang merupakan inti pernbicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat- kalimat utuh sampai isi singkat bahan simakan.
3)      Guru : Dengarkan baik-baik! Cari kata kunci kalimat berikut.
4)      Manusia, baik yang primitif maupun yang modern. selalu cenderung hidup berkelompok.
5)      Siswa: Menyimak. Menentukan kata kunci. Manusia hidup berkelompok

e.  Memperluas Kalimat
1)      Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diperluas.
2)      Lanjutan

f.  Menvelesaikan Cerita
1).  Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Guru mernanggil anggota kelompok pertama. misalnya kelompok 1. maju ke depan kelas. Yang bersangkutan disuruh bercerita, judul bebas kadanb kadang juga diitentukan oleh guru. Setelah yang bersangkutan bercerita, misalnya baru seperempat bagian is dipersilahkan guru untuk duduk.
2)      Cerita tersebut dilanjutkan oleh anggota kedua. Anggota ketiga maju melanjutkan cerita itu. Bagian terakhir cerita diselesaikan oleh anggota keempat. Kelas boleh   juga tidak dikelompokkan. Semua siswa harus slap dipanggil untuk bercerita.Sementara yang belum tampil ke depan harus menyimak benar-benarjalan cerita.Cara ini mernbuat kelas serius menyimak cerita yang sedang dituturkan.
3) Guru: Sekarang bunda punya suatu cerita. Tapi judulnya belum ada? Masih    dicari/belum diberi judul. Cerita ini akan disusun oleh empat orang siswa. Bagian     demi bagian akan ditampilkan di depan kelas. Anak-anak harus bersiap bercerita dan menvinak cerita. Mari kita mulai, Udin silakan ke depan kelas!
4)  Udin : Nilai mata pelaharan matematika saya 8. Saya belajar hampir setiap saat.Saya tak ingin nilai saya turun.
5)  Guru: Bagus. Udin. silahkan duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Anggi.
6)  Guru: Anggi lanjtkan cerita Udin tadi.
7)  Anggi: Ya dari pada menyesal saat ujian karena tidak bisa nggarap, lebih baik sekarang meniru Udin yang rajin belajar.
8)  Guru: Bagus. bagus! Anggi boleh duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Elma (dan seterusnya sampai guru menghentikan cerita itu. dan siswa diminta menentukan judulnya.

3. Model Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis berkorelasi dengan kemampuan membaca. tetapi sangat menulis cendrung diabaikan dalam pembelajaran
a. Model Brainstorming,
Langkah-Langkah:
1) Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen.
2) Masing-masing kelompok berdiskusi menentukan topik tulisan dapat didasarkan    tema sentral yang diberikan guru atau memilih tema yang guru berikan.
3) Setelah menemukan terra tulisan dalam kelompoknya, mereka brainstorming untuk nenentukan topik tulisan per siswa (individu).
4) Brainstorming terus dilakukan dalam tahap prapenulisan, khususnya dalam hal         penggalian dan pengumpulan bahan tulisan.
5) Para siswa diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri (sendiri-sendiri)
6) Setelah usai. mereka dikelompokkan lagi dalam kelompok semula dan dilakukan     tahap pascamenulis (editing &revising). Para siswa melakukan brainstorming      dalam mencermati tulisan teman lainnya.
7) Para siswa memperbaiki tulisannya kembali.
8) Tiap kelompok menyajikan beberapa atau satu tulisan yang dianggap paling baik di kelompoknya (dipilih oleh kelompok siswa yang hersangkutan) secara lisan.
9) Guru dan siswa lain merefleksi (menanggapi dan evaluasi) tulisan ternan yang          disajikan.
10)   Tulisan dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru.

b. Model Brain writing , Langkah-langkah :
1)  Siswa dan guru mendiskusikan terra tulisan yang akan dituliskan.
2)  Siswa diberi kesempatan untuk melakukan proses prapenulisan secara individu atau      kelompok. balk indoor maupun outdoor. Jika berkelompok. hal-hal yang dibicarakan (diskusi) dan berbagai saran gagasan teman harus dituangkan dalam  kartu/lembar gagasan (boleh secara garis besar). Temuan siswa dalam kegiatan prapenulisan dituangkan dalam lembar/kartu gagasan.
3)  Siswa diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri (sendiri-sendiri).
4)  Setelah selesai menulis draft. tulisan siswa ditukarkan dengan siswa lain, berpasangan/acak dan mereka melakukan tahap pascamenulis (editing &revising). Para siswa melakukan brain writing dalam menyunting tulisan teman lainnya.
5)  Siswa diminta memberikan saran, kornentar, gagasan. dan semacamnya atas tulisan       teman yang dibacanya secara tertulis dalam lembar/kartu gagasan.
6)  Setelah tulisan dikembalikan beserta kartu gagasan, para siswa memperbaiki tulisannya kembali.
7)  Beberapa siswa diminta menyajikan tulisannya secara lisan.
8)  Guru dan siswa lain merefleksi (menanggapi dan evaluasi) tulisan teman yang disajikan.
9)  Tulisan dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru


c.  Model Roundtable
Model ini dikembangakan dengan dasar pendekatan kooperatif dan kontekstual. Tulisan yang paling tepat untukjenis ini adalah tulisan kreatif (cerpen. puisi. drama) dan beberapa tulisan faktual (narasi. deskripsi. dan lainnya). Model ini mengedepankan suatu kerjasama dalam kelompok untuk membuat tulisan bersama. Akan san(-Iat baik jika hal ini pun dikompetisikan dalam kelas tersebut. Berikut langkah menulis dengan model Roundtable:
1)  Guru memberi pengarahan model prosedural roundtable dan pengantar kompetensi yang diarah dalarn pembelajaran.
2)  Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok denganjumlah anggota seimbang (4-5 orang)
3)  Siswa dan guru menentukan topik dan tujuan (genre) suatu tulisan bersama-sama.
4)  Jika sudah ditentukan sebuah topik untuk semua siswa maka tiap kelompok bersiap rnenulis secara serentak. Tiap siswva menulis di lembarnya masing-masing dengan batasan tertentu yang disepakati bersama (jumlah kalimat tertentu atau kurun waktu tertentu yang difasilitatori oleh guru). Aba-aba mulai dan berhenti dikendalikan oleh guru.
5)  Jika dinyatakan berhenti maka kegiatan menulis berhenti. Lalau guru memerintahkan putar/geser. Artinya, lembar tulisan tiap siswa digeserkan ke siswa di sebelahnya (dalam kelompok). Ketika guru menyuarakan mulai maka mereka harus melanjutkan tulisan temannya. Demikian sampai kertas kerja kembali pada pemiliknya lagi.
6) Tiap siswa mencermati hasil tulisan yang ada.
7) Tiap kelompok menilai tulisan dalam kelornpoknya dan boat urutan tulisan dari yang terbaik sampai yang kurang baik.
8) Semua tulisan siswa dipajang di papan tulis sesuai groupnya.
9) Semua siswa saling melihat dan membaca tulisan teman sekelasnya.
10)   Guru dan siswa merefleksi hasil penulisan.

d. Model Brown
Model ini didasari oleh pemahaman bahwa media pembelajaran merupakan suatu bagian yang sangat berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran. Apalagi media dan alat bantu belajar kian lama kian variatif dan interaktif. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis dapat berupa media visual, audio, project motion, dll. di antaranya adalah garnbar, peta, bagan, grafik. foto, poster, iklan. perangko. video. OHP, dsb. Berikut akan dipaparan langkah pembelajaran menulis dengan media puzzle gambar berseri. Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan puzzle gambar berseri tentang suatu masalah.
2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mengemukakan kompetensi yang hendak di capai siswa.
3) Guru membagikan puzzle gambar yang sama kepada semua kelompok.
4) Tiap kelompok diharapkan mengurutkan puzzle gambar berseri sesuai logika dan argumennya masing-masing.
5) Tiap kelompok menyajikan hasilnya.
6) Dilakukan diskusi atas kerja siswa beserta alasan. Guru sekalian menyampaikan materi yang relevan.
7) Lalu tiap siswa dalam kelompok ditugasi membuat tulisan berdasar susunan gambar di kelompoknya dengan pengembangan imajinasi mereka masing-masing.
8) Tulisan disunting dalam kelompok secara bergantian dan diperbaiki.
9) Dilakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
10)   Produk tulisan dikumpulkan untuk dievaluasi oleh guru.

e. Model Sugesti - Imajinasi
Model ini mendasarkan pada menulis sebagai suatu proses yang perlu rangsangan menarik untuk memunculkan ide tulisan hal ini tetap menggunakan dasar menulis sebagai sebuah proses. Adapun rangsangan (sugesti) yang dipakai dalam kegiatan ini dapat bervariasi tergantung kondisi sekolah. Beberapa diantaranya adalah lagu. musik, pembacaan puisi. tayangan pementasan drama, cuplikan sinetron, iklan. film, dsb. Berikut proseduralnya dengan media lagu. Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa.
2) Guru memilihkan lagu yang sesuai dengan materi dan tema pembelajaran.
3) Siswa bersiap menyimak lagu dan membuat catatan bahan penulisannya (langkah sampai dapat membuat kerangka tulisan).
4) Siswa membuat tulisan berdasar sugesti-imajinasi tersebut.
5) Siswa sating bertukar tulisan untuk menyunting tulisan temannya.
6) Siswa menerima kembali hasil tulisannya beserta suntingan dan memperbaiki          tulisan.
7) Dilakukan penilaian tulisan oleh siswa/guru.
8) Guru dan siswa merefleksi pembelajaran secara menyeluruh


3. Model Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran merupakan pembelajaran keterampilan berbahasa yang yang memerlukan waktu yang lama, apalagi jika tagihan keterampilan akan dinilai secara personal. Pembelajaran menjadi membosankan dan kadang guru "menganggap pembelajaran keterampilan berbicara tidak perlu ". Oleh sebab itu guru harus mendesain pembelajaran ini menjadi menarik.
a. Listening Team. Langkah-Langkah
1) Siswa dibagi dalam kelompok dengan anggota 4-5 orang
2) Jelaskan pada tiap kelompok bahwa mereka mempunyai kewajiban menjelaskan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru
3) Bagilah kelompok menjadi kelompok penyaji, penjawab, kelompok pro, kelompok kontra, penyimpul. Jelaskan masing-masing tugas kelompok tersebut
4) Tugas penyaji, menyajikan kembali pelajaran yang disampaikan guru. Kelompok ini boleh membuat cacatan ringkas tentang materi yang diberikan guru, meski demikian fokusnya adalah pada aspek menyampaikan materi secara lisan.
5) Tugas kelompok penjawab adalah menjawab pertanyaan kelompok penanya
6) Tugas kelompok kontra adalah mencatat dan mengungkapkan hal-hal yang tidak disetujui
7) Uraian hal-hal yang tidak disetujui dapat dilakukan pada saat diminta menjelaskan
8) Kelompok penyimpul, menyimpulkan hasil yang dibicarakan dan menjelaskan secara lisan kepada semua kelompok

b. Model In The News , Langkah-ingkah :
1) Siswa dibagi dalam 4 atau 5 kelompok
2) Siswa dalam tiap kelompok diminta membaca 4 atau 5 artikel yang berbeda-          beda
3) Sambil membaca siswa diminta menuliskan isi artikel yang dibaca
4) Setelah membaca, siswa diminta untuk menukar artikel yang dibaca dengan teman kelornpok lain
5) Tiap kelompok diminta merangkai ulang pokok-pokok berita atau artikel yang        dibaca dengan bahasa sendiri
6) Kelompok juga menyediakan sanggahan. jika ada uraian kelompok lain yang          tidak sesuai
7) Pokok-pokok sanggahan dijadikan bahan diskusi dalam masing-masing kelompok
8) Semua kelompok harus menyajikan kesimpulan hasil secara lisan


c. Model Siapa dan Apa Sava
Model ini. dapat digunakan untuk keterampilan menyimak. juga dapat digunakan untuk keterampilan berbicara. Langkah-langkah :
1) Bagilah kelompok 2 atau 3 kelompok besar
2) Guru menyiapkan bebera hal terkait dengan tokoh, profesi, peristiwa
3) Tulislah pada selembar kertas tentang tokoh, peristiwa atau profesi yang disiapkan, siswa diminta mengambil gulungan kertas tersebut
4) Setelah mendapat gulungan keras, mintalah salah sate anggota Tim untuk berperan sesuai dengan isi gulungan kertas yang diperoleh.
5) Peserta yang mernerankah tokoh dalam dalam kertas yang digulung menjadi tamu misteri bagi kelompok lain
6) Berilah waktu 5 menit bagi anggota kelompok untuk mengantisipasi dan menjawab pertanyaan dari kelompok yang memerankan tokoh misteri
7) Pilih I kelompok yang akan menjadi tamu bagi tokoh misteri (semua kelompok harus mendapatkan giliran)
8) Mintalah tamu misteri untuk menyebut salah satu identitasnya sesuai dengan gulungan kertas
Lanjutan
1) Sebelum tamu misteri menyebutkan salah satu identitasnya 2 kelompok laindiminta menjadi kelompok panelis untuk mengajukan pertanyaan kepada tamu misteri secara bergiliran. Tamu misteri hanya dapat menjawab dengan jawaban     "Ya. tidak," atau ya, bukan" sampai salah satu dari kelompok panelis dapat menemukan jawabannya
2) Usai menemukan jawaban atas identitas tame misteri. kelompok penelis dapat menyimpulkan dan memperjelas serta menebak identitas tamu misteri. Demikian     seterusnya untuk kelompok lain dan profesi atau tokoh lainnya.

Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pernilihan. penentuan, dan penyusunan secara sisternatis bahan yang akan diajarkan, serta kernungkinan pengadaan rernedi dan bagairnana pengembangannya. Pernilihan. penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu. jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan. Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan mengadakan remidi dan pengembangan bahan ajar. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah: metode tata bahasa/terjemahan, metode membaca, metode audiolingual, metode reseptif/produktif, metode langsung, metode komunikatif, metode integratif, metode tematik, metode kuantum, metode konstruktivistik, metode partisipatoris, metode kontekstual.

4. Teknik
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas. lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain. pendekatan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak: (1) simak-ulang ucap, (2) simak-tulis (dikte), (3) simak-kerjakan, (4) simak-terka, (5) memperluas kalimat, (6) menyelesaikan cerita, (7) membuat rangkuman, (8) menemukan benda, (9) bisik berantai, (10) melanjutkan cerita. (11) parafrase, (12) kata kunci,
b. Teknik pembelajaran berbicara: (1) ulang-ucap, (2) lihat-ucapkan, (3) memerikan, (4) menjawab pertanyaan, (5) bertanya, (6) pertanyaan menggali, (7) melanjutkan, (8) menceritakan kembali, (9) percakapan, (10) parafrase, (11) reka cerita gambar, (12) bermain peran, (13) wawancara, (14) memperlihatkan dan bercerita.
c. Teknik pembelajaran membaca: (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, (3) membaca dangkal, (4) membaca nyaring, (5) membaca dalam hati, (6) membaca kritis, (7) membaca teliti, (8) membaca pemahaman,
d. Teknik pembelajaran menulis: (1) menyalin kalimat, (2) membuat kalimat, (3) meniru model, (4) menulis cerita dengan gambar berseri, (5) menulis catatan harian, (6) menulis berdasarkan foto, (7) meringkas, (8) parafrase, (9) melengkapi kalimat, (10) menyusun kalimat, (11) mengembangkan kata kunci


D. Penutup
Simpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dalam untuk memberikan keterampilan menvimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembelajarannya harus menggunakan pendekatan, metode. model. teknik dan strategi yang memadai agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
Banyak pendekatan. metode. model. teknik dan strategi yang dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran. Tidak satupun model. metode. teknik. dan strategi yang paling baik. yang ada adalah kesesuaian dengan kondisi siswa. lingkungan dan materi ajar. Oleh sebab itu dalam pemilihannya dibutuhkan upaya yang cermat dan sungguh-sungguh, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.


Daftar Bacaan:
Brown, H.D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. Third Edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents.

Burns, A. dan Joyce. H. 1999. Focus on Speaking. Sydney: National Centre for English Language Teaching and Research Macquarie University.
Chomsky. N. 1969. Aspects of the Theory of Svntar. Massachusetts: The MIT Press.
Johnson, LouAnne.2008. Pengajaran yang Kreatif, dan Menarik. Terjemahan Dani. Dharvani. Jakarta: Indeks.
Joyce, Bruce an Weil, Marsha. 1986. Models of Teaching. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Inc.
Purnawarman. P. 2002. Kolaborasi Melalui Internet: Pernanfaatan Internet dalam Mata Kuliah Menulis artikel Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 2. No. 2. April 2002.
Ramly. Mansyur. 2008. Inovasi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Makalah pada Kongres Bahasa IX. Jakarta.
Richards. J.C. and Rodgers, T.S. 1993.Approaches and Methods in Language Teaching. Cam bridge: Cambridge University Press.
Saussure. F. 1971. Coors in general Linguistics. Terjemahan Wade Baskin. New York:McGraw-Hill.
Sampson, G.1980. Schools of Linguistics. California: Stanford University Press.
Samsuri. 1988. Berbagai Alit-an Linguistik Abad hl'. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sumardi. M. 1989. Pendekatan Humanistik dalam Pengajaran Bahasa. Makalah dalam PELLBA 10. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
Sumardi. M. 1992. Berbagai Pendekalan dalam Pengajaran Bahasa dan.Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Stevik, E.W.1991. Humanism in Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.
Thompson, N. 2003. Communication and Language. New York: Palgrave Acmillan.
Wenger, W. 2004. Beyond Teaching and Learning. Terjemahan Ria Sirait. Bandung: Rosda.

Posted By Pak3Haryanto3:52 PM