Tuesday, March 4, 2014

Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri

Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri

  • ANA BUNGA
  • AYO
  • BATU
  • BAYANGKAN
  • GAJAH DAN SEMUT
  • JEMBATAN
  • KUCING
  • LA NOCHE DE LAS PALABRAS
    (EL DIARIO DE MEDELLIN)
  • LUKA
  • MANTERA
  • NGIAU
  • O
  • PARA PEMINUM
  • SEPISAUPI
  • TANAH AIR MATA
  • TAPI
  • TRAGEDI WINKA & SIHKA
  • WALAU
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

ANA BUNGA
 
Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 
Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera 
Kucinta kau 
Aku ke kau ke kau aku 
Akulah kauku kaulah ku ke kau 
Kita ? 
Biarlah antara kita saja 
Siapa kau, perempuan tak terbilang 
Kau 
Kau ? – orang bilang kau – biarkan orang bilang 
Orang tak tahu menara gereja menjulang 
Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan 
dengan kedua 
tanganmu 
Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat 
Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku 
cinta kau 
Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau 
Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku 
kau yang padaku 
Kita? 
Dalam dingin api mari kita bicara 
Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa? 
Sayembara : 
Ana Bunga buahku 
Merah Ana Bunga 
Warna apa aku? 
Biru warna rambut kuningmu 
Merah warna dalam buah hijaumu 
Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari 
Kau hewan hijau manis, aku cinta kau 
Kau padakau  yang milikau yang kau aku 
yang milikkau 
kau yang ku 
Kita ? 
Biarkan antara kita saja 
pada api perdiangan 
Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu 
Namamu menetes bagai lembut lilin 
Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu? 
Orang dapat membaca kau dari belakang 
Dan kau yang paling agung dari segala 
Kau yang dari belakang, yang dari depan 
A-N-A 
Tetes lilin mengusapusap punggungku 
Ana Bunga 
Oh hewan meleleh 
Aku cinta yang padakau! 
1999
Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman.
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999 



AYO 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

Adakah yang lebih tobat 
dibanding air mata 
adakah yang lebih mengucap 
dibanding airmata 
adakah yang lebih nyata 
adakah yang lebih hakekat 
dibanding airmata 
adakah yang lebih lembut 
adakah yang lebih dahsyat 
dibanding airmata 
para pemuda yang 
melimpah di jalan jalan 
itulah airmata 
samudera puluhan tahun derita 
yang dierami ayahbunda mereka 
dan diemban ratusan juta 
mulut luka yang terpaksa 
mengatup diam 
kini airmata 
lantang menderam 
meski muka kalian 
takkan dapat selamat 
di hadapan arwah sejarah 
ayo 
masih ada sedikit saat 
untuk membasuh 
pada dalam dan luas 
airmata ini 
ayo 
jangan bandel 
jangan nekat pada hakekat 
jangan kalian simbahkan 
gas airmata pada lautan airmata 
malah tambah merebak 
jangan letupkan peluru 
logam akan menangis 
dan tenggelam 
dikedalaman airmata 
jangan gunakan pentungan 
mana ada hikmah 
mampat 
karena pentungan 
para muda yang raib nyawa 
karena tembakan 
yang pecah kepala 
sebab pentungan 
memang tak lagi mungkin 
jadi sarjana atau apa saia 
namun 
mereka telah 
nyempurnakan 
bakat gemilang 
sebagai airmata 
yang kini dan kelak 
selalu dibilang 
bagi perjalanan bangsa
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republika edisi : 28 November 1999 



BATU 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

batu mawar 
batu langit 
batu duka 
batu rindu 
batu janun 
batu bisu 
kaukah itu 
teka 
teki 
yang 
tak menepati janji ? 
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan 
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan 
seribu beringin ingin tak teduh.  Dengan siapa aku mengeluh? 
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk 
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai 
sedang lambai tak sampai.  Kau tahu 
batu risau 
batu pukau 
batu Kau-ku 
batu sepi 
batu ngilu 
batu bisu 
kaukah itu 
teka 
teki 
yang 
tak menepati 
janji ? 
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten 



BAYANGKAN 
untuk Salim Said 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

direguknya 
wiski 
direguk 
direguknya 
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi 
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya 
di luar wiski 
di halaman 
anak-anak bermain 
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi 
aku kan lupa bagaimana menangis katanya 
direguk 
direguk 
direguknya wiski 
sambil mereguk tangis 
lalu diambilnya pistol dari laci 
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya 
dan ditembaknya kepala sendiri 
bayangkan 
1977 
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 



GAJAH DAN SEMUT 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

tujuh gajah 
cemas 
meniti jembut 
serambut 
tujuh semut 
turun gunung 
terkekeh 
kekeh 
perjalanan 
kalbu 
1976-1979
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 



JEMBATAN
Oleh  :
Sutardji Calzoum Bachri 

Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata 
bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi 
dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna. 
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang 
jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota. 
Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam 
para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. 
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase 
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit 
mengucap 
tanah air kita satu 
bangsa kita satu 
bahasa kita satu 
bendera kita satu ! 
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan 
mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan 
tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah 
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang 
di antara kita ? 
Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot 
linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati 
dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu 
mengucapkan kibarnnya. 
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami. 
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air



KUCING
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

ngiau!  Kucing dalam  darah dia menderas 
lewat  dia  mengalir  ngilu  ngiau  dia  ber 
gegas  lewat dalam aortaku dalam rimba 
darahku dia  besar dia bukan harimau bu 
kan singa bukan  hiena  bukan leopar  dia 
macam kucing bukan kucing  tapi   kucing 
ngiau dia lapar dia  merambah  rimba  af 
rikaku dengan cakarnya dengan amuknya 
dia meraung  dia mengerang jangan beri 
daging dia tak  mau daging Jesus jangan 
beri  roti  dia  tak   mau   roti   ngiau   ku 
cing   meronta  dalam  darahku  meraung 
merambah  barah  darahku  dia lapar 0 a 
langkah  lapar   ngiau   berapa  juta  hari 
dia  tak  makan  berapa  ribu  waktu  dia 
tak  kenyang  berapa juta lapar lapar ku 
cingku  berapa  abad  dia mencari menca 
kar  menunggu  tuhan mencipta kucingku 
tanpa mauku dan sekarang  dia  meraung 
mencariMu  dia   lapar   jangan   beri  da 
ging   jangan   beri  nasi  tuhan  mencipta 
nya  tanpa  setahuku  dan  kini  dia  minta 
tuhan  sejemput  saja  untuk tenang seha 
ri  untuk  kenyang  sewaktu untuk tenang 
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten 


LA NOCHE DE LAS PALABRAS
(EL DIARIO DE MEDELLIN) 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia 
kami mengepung bulan 
dan mereka yang mendengarkan puisi kami 
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka 
berkomplot dengan anggur daun cerbeza 
bersekongkol dengan gadisgadis 
memancing bulan dengan keluasan dada 
Musim panas 
Menjulang di Medelin 
menampilkan sutera 
di keharibaan malam cuaca 
ratusan para lilin 
menyandar di pundak malam 
mengucap 
menyebutnyebut cahaya 
sambil mencoba 
memahami takdir di wajah-wajah usia 
kami para penyair 
meneruskan zikir kami 
-palabras palabras palabras palabras 
–kata kata kata kata – 
semakin kental mengucap 
cahaya pun memadat 
sampai kami bisa buat 
sesuka kami atas padat cahaya 
lantas bulan kesurupan 
kesadaran kami meninggi 
bulan turun pada kami 
dan kami mengatasi bulan 
sampailah kami pada kerajaan kata-kata 
jika kami membilang ayah 
ia juga ayah kata-kata 
jika kami menyebut hari 
juga harinya kata-kata 
jika kami mengucap diri 
pastilah juga diri kata kata 
Di cafe jalanan Medellin 
purnama jatuh 
kata-kata menjadi kami 
kami menjadi kata kata
Medellin, Colombia 1997
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republikaedisi : 28 November 1999


LUKA 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

ha ha
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 


MANTERA
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

lima percik mawar 
tujuh sayap merpati 
sesayat langit perih 
dicabik puncak gunung 
sebelas duri sepi 
dalam dupa rupa 
tiga menyan luka 
mengasapi duka 
puah! 
kau jadi Kau! 
Kasihku
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten 
NGIAU 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa 
panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar 
tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan. 
Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang 
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal 
Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara 
aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan 
menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang 
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana 
makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang 
mana surga.
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 


Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau 
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian 
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian 
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai 
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia 
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas 
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai 
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O…
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi


PARA PEMINUM 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

di lereng lereng 
para peminum 
mendaki gunung mabuk 
kadang mereka terpeleset 
jatuh 
dan mendaki lagi 
memetik bulan 
di puncak 
mereka oleng 
tapi mereka bilang 
–kami takkan karam 
dalam lautan bulan– 
mereka nyanyi nyai 
jatuh 
dan mendaki lagi 
di puncak gunung mabuk 
mereke berhasil memetik bulan 
mereka mneyimpan bulan 
dan bulan menyimpan mereka 
di puncak 
semuanya diam dan tersimpan 
Sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 


SEPISAUPI 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

sepisau luka sepisau duri 
sepikul dosa sepukau sepi 
sepisau duka serisau diri 
sepisau sepi sepisau nyanyi 
sepisaupa sepisaupi 
sepisapanya sepikau sepi 
sepisaupa sepisaupoi 
sepikul diri keranjang duri 
sepisaupa sepisaupi 
sepisaupa sepisaupi 
sepisaupa sepisaupi 
sampai pisauNya ke dalam nyanyi 
1973 
sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri
Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800
Mailing List MSI Penyair
Pengirim Nanang Suryadi 


TANAH AIR MATA
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

Tanah airmata tanah tumpah dukaku 
mata air airmata kami 
airmata tanah air kami 
di sinilah kami berdiri 
menyanyikan airmata kami 
di balik gembur subur tanahmu 
kami simpan perih kami 
di balik etalase megah gedung-gedungmu 
kami coba sembunyikan derita kami 
kami coba simpan nestapa 
kami coba kuburkan duka lara 
tapi perih tak bisa sembunyi 
ia merebak kemana-mana 
bumi memang tak sebatas pandang 
dan udara luas menunggu 
namun kalian takkan bisa menyingkir 
ke manapun melangkah 
kalian pijak airmata kami 
ke manapun terbang 
kalian kan hinggap di air mata kami 
ke manapun berlayar 
kalian arungi airmata kami 
kalian sudah terkepung 
takkan bisa mengelak 
takkan bisa ke mana pergi 
menyerahlah pada kedalaman air mata 
(1991) 
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air 


TAPI 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

aku bawakan bunga padamu 
tapi kau bilang masih 
aku bawakan resahku padamu 
tapi kau bilang hanya 
aku bawakan darahku padamu 
tapi kau bilang cuma 
aku bawakan mimpiku padamu 
tapi kau bilang meski 
aku bawakan dukaku padamu 
tapi kau bilang tapi 
aku bawakan mayatku padamu 
tapi kau bilang hampir 
aku bawakan arwahku padamu 
tapi kau bilang kalau 
tanpa apa aku datang padamu 
wah !
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten 


TRAGEDI WINKA & SIHKA
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

kawin 
kawin 
kawin 
kawin 
kawin 
ka 
win 
ka 
win 
ka 
win 
ka 
win 
ka 
winka 
winka 
winka 
sihka 
sihka 
sihka 
sih 
ka 
sih 
ka 
sih 
ka 
sih 
ka 
sih 
ka 
sih 
sih 
sih 
sih 
sih 
sih 
ka 
Ku 
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten 


WALAU 
Oleh :
Sutardji Calzoum Bachri 

Walau penyair besar 
takkan sampai sebatas allah 
dulu pernah kuminta tuhan 
dalam diri 
sekarang tak 
kalau mati 
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat 
tujuh puncak membilang-bilang 
nyeri hari mengucap-ucap 
di butir pasir kutulis rindu rindu 
walau huruf habislah sudah 
alif bataku belum sebatas allah
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

0 comments:

Post a Comment